# |
DATA |
VALUE |
1 |
2000 |
0.004 |
2 |
2010 |
0.028 |
3 |
2023 |
2 |
Prevalensi (per 100.000 jiwa)
OASEDATA - Di tengah kesadaran yang meningkat tentang kesehatan dan gizi, ibu-ibu di Indonesia kini semakin selektif dalam memilih produk susu untuk anak-anak mereka. Salah satu perhatian utama adalah kandungan gula dalam susu UHT (Ultra High Temperature) yang sering kali menjadi sorotan.
Susu UHT dikenal sebagai pilihan praktis untuk keluarga, berkat masa simpan yang panjang dan kemudahan penyimpanan tanpa pendingin. Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan, banyak ibu-ibu mulai memperhatikan aspek gizi dari produk ini, khususnya kandungan gula yang tinggi.
Kandungan Gula dalam Susu UHT: Kenapa Perlu Diperhatikan?
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, prevalensi diabetes pada anak di Indonesia mengalami lonjakan signifikan. Pada Januari 2023, prevalensi kasus diabetes anak meningkat 70 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2010. Dari 0,004 per 100.000 jiwa pada tahun 2000, prevalensi diabetes anak naik menjadi 2 per 100.000 jiwa pada Januari 2023. Peningkatan ini menyoroti pentingnya perhatian terhadap konsumsi gula pada anak-anak.
Susu UHT, meskipun praktis, sering kali mengandung kadar gula yang tinggi. Gula tambahan ini bisa berkontribusi pada asupan kalori yang berlebihan dan risiko kesehatan jangka panjang, seperti obesitas dan diabetes tipe 2. Mengingat fakta ini, ibu-ibu kini lebih cermat dalam memilih produk susu untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya memberikan nutrisi yang dibutuhkan anak-anak mereka, tetapi juga menghindari risiko kesehatan terkait konsumsi gula yang tinggi.
Pola Makan Sehat dan Pilihan yang Bijak
Para ahli gizi menganjurkan agar orang tua memperhatikan label gizi pada produk susu. Kandungan gula, yang sering kali tersembunyi di balik istilah-istilah seperti "sukrosa" atau "glukosa", bisa menjadi faktor penting dalam memilih produk susu. Pilihan susu dengan kandungan gula yang lebih rendah atau alternatif susu tanpa tambahan gula menjadi prioritas bagi banyak ibu.
Dr. Siti Nurhayati, seorang ahli gizi dari Universitas Indonesia, menyarankan agar ibu-ibu memprioritaskan produk susu yang memiliki indeks glikemik rendah. "Konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat, yang berpotensi meningkatkan risiko diabetes pada anak-anak. Memilih susu dengan kandungan gula yang lebih rendah adalah langkah preventif yang penting," katanya.
Tren Pasar dan Respons Produsen
Tren ini tidak hanya mempengaruhi keputusan pembelian konsumen tetapi juga berdampak pada industri susu. Banyak produsen susu UHT mulai memperkenalkan varian dengan kandungan gula yang lebih rendah dan menyertakan informasi gizi yang lebih transparan pada kemasan produk mereka. Inovasi ini merupakan respons terhadap permintaan konsumen yang semakin sadar akan kesehatan dan kesejahteraan keluarga mereka.
Misalnya, beberapa merek susu UHT kini menawarkan produk dengan "low sugar" atau "no added sugar" yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak tanpa menambah risiko kesehatan terkait konsumsi gula.
Peningkatan kesadaran akan kesehatan di kalangan ibu-ibu telah membawa perubahan signifikan dalam pola konsumsi susu UHT. Dengan fokus pada kandungan gula, para ibu kini lebih bijak dalam memilih produk susu yang mendukung kesehatan anak-anak mereka. Memilih susu dengan kandungan gula yang lebih rendah merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan jangka panjang dan mencegah risiko diabetes serta masalah kesehatan lainnya.
Sebagai konsumen yang cerdas, ibu-ibu dapat berperan aktif dalam memastikan bahwa produk yang mereka pilih tidak hanya memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak, tetapi juga mendukung gaya hidup sehat secara keseluruhan.
Andy Mahardika
- Administrator