OASEDATA - Pemakaman kenegaraan mantan Presiden Peru, Alberto Fujimori, yang dimulai pada Kamis (12/9), menarik perhatian publik dan memicu refleksi atas warisan pemimpin yang pernah dijuluki otoriter tersebut. Meskipun wafat akibat kanker pada Rabu (11/9), Fujimori tetap dimakamkan dengan upacara penuh penghormatan, meski masa lalu pemerintahannya diwarnai kejahatan HAM dan korupsi.
Peti jenazahnya dibawa ke Kementerian Kebudayaan di Lima, di mana upacara penghormatan berlangsung selama tiga hari hingga Sabtu (14/9). Para pendukungnya yang setia, meskipun jumlahnya tak lagi besar, berkumpul mengelilingi prosesi dengan rasa hormat yang mendalam. Mereka, bersama anggota keluarga Fujimori, termasuk putrinya Keiko dan putranya Kenji, turut hadir dalam rangkaian upacara. Presiden Peru saat ini, Dina Boluarte, juga memberikan penghormatan.
Meskipun di masa hidupnya Fujimori dipenjara karena keterlibatannya dalam kejahatan HAM yang melibatkan pembunuhan oleh pasukan pemerintah saat memerangi pemberontakan Shining Path, pemerintah Peru memutuskan untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari di gedung-gedung publik. Keputusan ini memicu beragam tanggapan dari masyarakat Peru, yang masih terpecah dalam menilai sosok Fujimori.
Fujimori dikenal luas karena langkah-langkah drastisnya selama menjabat, termasuk privatisasi sejumlah industri negara dan kemenangannya melawan gerakan pemberontakan komunis. Meski karier politiknya berakhir dengan aib akibat kasus korupsi dan pelanggaran HAM, ia tetap dihormati oleh sebagian orang atas kontribusinya dalam memerangi kekerasan gerilya dan mengatasi krisis ekonomi.
Pada 2009, Fujimori dihukum 25 tahun penjara atas keterlibatannya dalam pembunuhan 25 warga sipil oleh pasukan pembunuh selama pemerintahannya. Namun, kesehatannya yang semakin menurun membuatnya mendapatkan pengampunan kemanusiaan pada Desember tahun lalu, memungkinkan dirinya meninggalkan penjara. Penyakit kanker yang dideritanya, yang awalnya menyerang lidah, telah menyebar ke paru-parunya. Fujimori terakhir terlihat di publik pada awal September, meninggalkan rumah sakit dengan kursi roda dan perlengkapan medis.
Meski sosoknya akan selalu dikenang sebagai pemimpin yang membawa stabilitas di masa sulit Peru, jejak kontroversial Fujimori dalam sejarah politik negeri itu tidak bisa dilupakan. Warisan yang ia tinggalkan akan selalu menjadi perdebatan panjang di tengah masyarakat Peru.
Andy Mahardika
- Administrator