Sejarah Penemuan dan Penggunaan Stevia
Asal Usul dan Penggunaan Tradisional
Tanaman stevia (Stevia rebaudiana) berasal dari daerah subtropis dan tropis di Amerika Selatan, khususnya Paraguay dan Brasil. Penduduk asli Guarani di Paraguay telah menggunakan daun stevia selama berabad-abad sebagai pemanis alami untuk teh dan obat-obatan. Mereka menyebut tanaman ini "ka'a he'ê," yang berarti "daun manis."
Stevia pertama kali diperkenalkan kepada dunia barat oleh botanis Swiss bernama Moisés Santiago Bertoni pada akhir abad ke-19. Bertoni, yang bekerja di Paraguay, menggambarkan tanaman ini secara ilmiah pada tahun 1899. Ia menamakan tanaman ini Stevia rebaudiana Bertoni untuk menghormati ahli kimia Paraguay, Rebaudi, yang pertama kali mengekstraksi komponen manis dari daun stevia.
Pada pertengahan abad ke-20, penelitian mengenai stevia dan komponennya, seperti stevioside dan rebaudioside, mulai meningkat. Di Jepang, pada tahun 1970-an, stevia mulai digunakan secara komersial sebagai pemanis alami setelah pemanis sintetis seperti siklamat dan sakarin dilarang karena masalah kesehatan.
Seiring waktu, popularitas stevia menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia. Pada awal abad ke-21, berbagai badan pengawas makanan di berbagai negara mulai menyetujui penggunaan stevia sebagai pemanis. Pada tahun 2008, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat menyetujui penggunaan ekstrak rebaudioside A dari stevia sebagai pemanis. Di Eropa, stevia disetujui sebagai aditif makanan pada tahun 2011.
Saat ini, stevia digunakan secara luas sebagai pemanis alami dalam berbagai produk makanan dan minuman di seluruh dunia. Keunggulannya yang tidak mengandung kalori dan tidak meningkatkan kadar gula darah membuatnya menjadi pilihan yang populer, terutama di kalangan orang yang sadar kesehatan dan penderita diabetes.
Tanaman stevia (Stevia rebaudiana) kini semakin populer sebagai bahan baku pembuatan pemanis alami yang mendampingi gula tebu dan menggantikan gula sintetis. Keunggulan utama stevia terletak pada sifatnya yang tidak karsinogenik dan rendah kalori, sehingga semakin banyak orang yang tertarik untuk membudidayakan tanaman ini.
Salah satu faktor kunci dalam menentukan produktivitas stevia adalah pemilihan bahan tanaman atau benih yang berkualitas. Pemilihan benih yang tepat sangat penting untuk menjamin stabilitas produksi stevia yang tinggi serta bebas dari hama penyakit.
Dengan meningkatnya minat dalam budidaya stevia, penting untuk memahami pengenalan dan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menyerang tanaman ini.
OPT pada Tanaman Stevia rebaudiana
Hama yang umum menyerang stevia antara lain kutu daun (Aphis sp.), ulat grayak (Heliothis sp.), belalang, dan ulat kilan/ulat jengkal. Selain itu, penyakit yang sering dijumpai meliputi busuk pangkal batang, penyakit layu yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii, bercak daun Alternaria alternata, dan Fusarium sp.
Pengendalian OPT pada Tanaman Stevia rebaudiana
- Pengendalian Secara Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis melibatkan sanitasi kebun dan pemberian pupuk. Sanitasi kebun dilakukan melalui pengendalian gulma secara manual maupun dengan pemasangan mulsa plastik. Stevia dikenal lemah dalam bersaing dengan gulma, terutama pada awal pertumbuhan. Oleh karena itu, pengendalian gulma sebaiknya dilakukan sebelum gulma berbunga dan berbiji untuk mengurangi cadangan biji gulma di dalam tanah. Setelah tajuk tanaman stevia menutup permukaan tanah, pertumbuhan gulma akan berkurang. Sanitasi kebun juga diiringi dengan pemberian pupuk urea, TSP, dan KCL masing-masing 1 gram per tanaman setelah satu minggu tanam, dan diulang setiap setelah panen.
- Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian mekanis dilakukan melalui pemangkasan dan pengendalian manual. Pemangkasan stevia dilakukan saat tanaman berumur sekitar 2 minggu, dengan memangkas setiap ujung tanaman agar percabangan terbentuk dan produksi daun meningkat. Pemangkasan juga dilakukan terhadap daun-daun yang terserang OPT. Pengendalian manual melibatkan pengambilan hama atau bagian tanaman yang terserang dan memusnahkannya agar tidak menyebar ke tanaman sehat lainnya.
- Pengendalian Secara Hayati
Penyakit yang sering menyebabkan tanaman stevia layu adalah jamur Poria hypolateria. Pengendalian utamanya dilakukan dengan menggunakan Agensia Pengendali Hayati (APH) atau Metabolit Sekunder APH.
- Pengendalian dengan Pestisida Nabati
Hama yang paling sering menyerang stevia adalah kutu daun (Aphis sp.) yang merusak pucuk daun dan ulat Heliothis sp. yang memakan daun. Kedua jenis hama ini dapat dikendalikan dengan pestisida nabati berupa ekstrak biji mimba.
Dengan perhatian yang tepat terhadap pemilihan benih berkualitas dan pengendalian OPT, budidaya stevia memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber pemanis alami yang sehat. Stevia menawarkan solusi yang menjanjikan dalam menghadirkan pemanis yang aman dan bermanfaat bagi kesehatan, terutama bagi penderita diabetes dan obesitas.
Andy Mahardika
- Administrator