Cirebon, 30 Juli 2024 - Dalam sidang peninjauan kembali kasus Saka Tatal sebuah pengakuan mengejutkan dan mengharukan terungkap dari saksi fakta bernama Aldi. Dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca, Aldi menceritakan kekerasan fisik luar biasa yang dialaminya, memaparkan secara detail tindakan brutal yang dilakukan oleh Gugun Gumilar dan Aris Papua. Kisahnya yang memilukan ini menggugah emosi seluruh hadirin di ruang sidang, menyoroti kekejaman yang masih terjadi dalam proses penegakan hukum.

 

Aldi mengaku dipukul, ditendang, dan disetrum oleh oknum polisi Aris Papua dan Gugun Gumilar. Tidak hanya itu, matanya diolesi balsam hingga perih tak tertahankan, dan ia dipaksa meminum air kencing. Dengan tersedu-sedu, Aldi menceritakan semua perlakuan kejam itu di hadapan majelis hakim. Setiap kata yang keluar dari mulutnya menggugah emosi para hadirin, sehingga banyak di antara mereka yang tak kuasa menahan tangis. Kesaksiannya menjadi bukti nyata kekerasan luar biasa yang dialaminya, tidak hanya itu ia juga sempat menerima ancaman pembunuhan oleh oknum polisi.

 

Menurut keterangannya di podcast KDM Channel, Aldi adalah salah satu orang yang ditangkap oleh tim Satres Narkoba dalam kasus Vina di Cirebon pada 31 Agustus 2016. Namun, ia dibebaskan karena Eka Sandi yang merupakan kakaknya bersedia mengakui perbuatan yang dituduhkan, Aldi masih kecil saat itu. Pengakuan dari Eka Sandi menjadi faktor kunci yang memungkinkan Aldi dibebaskan.

 

Meski demikian nasib Aldi tidak membaik sepenuhnya. Ia tetap harus melakukan presensi di Polres selama beberapa waktu. Dalam kondisi fisik dan mental yang terguncang, Aldi membutuhkan satu bulan penuh untuk pulih dari penganiayaan yang dilakukan oleh oknum penyidik. Namun, penderitaan itu belum berakhir. Saat sudah mulai beranjak sembuh, Aldi kembali mengalami pemukulan saat melakukan presensi di Polres oleh oknum Polisi. Kisahnya sungguh menyayat hati dan menambah deretan panjang kasus pelanggaran hak asasi manusia yang membutuhkan perhatian serius. Peristiwa ini tidak hanya mencoreng institusi penegak hukum, tetapi juga mengundang keprihatinan mendalam dari masyarakat yang mendambakan keadilan dan kemanusiaan.

 

Kesaksian Aldi di sidang peninjauan kembali kasus Saka Tatal membuka mata banyak pihak terhadap ketimpangan hukum yang masih terjadi di Indonesia. Kekerasan yang dilakukan oleh oknum penegak hukum seperti Aris Papua dan Gugun Gumilar mencerminkan sebuah realitas pahit yang harus dihadapi oleh korban-korban yang tak berdaya. Cerita Aldi bukan hanya sekadar catatan kelam dalam perjalanan hidupnya, tetapi juga menjadi cermin bagi sistem hukum yang seharusnya melindungi, bukan menyakiti.

 

Peristiwa ini mengundang keprihatinan mendalam dari masyarakat yang mendambakan keadilan dan kemanusiaan. Kita perlu merenung dan bertanya, sampai kapan kekerasan seperti ini akan dibiarkan terjadi? Aldi hanyalah satu dari sekian banyak korban yang berani angkat suara. Berapa banyak lagi yang terpaksa diam karena takut?

 

Kisah Aldi mengingatkan kita bahwa penegakan hukum harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa itu, hukum tidak lebih dari sekadar alat penindasan. Harapan terbesar kita adalah agar kasus seperti ini tidak lagi terulang, dan agar mereka yang telah dilukai mendapatkan keadilan yang sejati.