Dalam era ketidakpastian iklim dan tuntutan global untuk bertransisi ke ekonomi yang lebih berkelanjutan, istilah "Green Inflation" semakin mendapatkan perhatian. Green Inflation merujuk pada fenomena kenaikan harga yang terkait dengan usaha untuk menghijaukan ekonomi dan mengurangi dampak lingkungan. Pada tanggal 8 Februari 2022, simposium video yang mengangkat topik ini diadakan dengan penuh antusiasme dan keprihatinan.
Simposium Video: Pertemuan Gagasan tentang Green Inflation
Pada acara tersebut, Professor Dr. Michael Hüther, Direktur Institute of the German Economy di Cologne (IW), dan Professor Dr. Bert Rürup, Ekonom Utama di Handelsblatt, menjadi pembicara utama. Dipandu oleh Mark Schieritz, koresponden kebijakan ekonomi surat kabar DIE ZEIT, simposium tersebut menjadi wadah pembahasan tentang dampak dan penyebab green inflation.
Green Inflation: Konteks dan Tantangan
Fokus utama simposium adalah peningkatan harga energi dan dampaknya terhadap ketidakpastian sosial dan masalah ekonomi. Para ahli memaparkan bahwa ketidakpastian ekonomi global dan krisis kesehatan yang berkepanjangan telah memicu perubahan dalam kurva Phillips, yang menghubungkan inflasi dengan tingkat pengangguran. Meskipun penurunan pengangguran sepanjang dekade terakhir tidak meningkatkan biaya tenaga kerja sebelum pandemi, green inflation menjadi lebih nyata tahun lalu.
Salah satu pemicu green inflation adalah pandemi Corona dan dampak lockdown pada ekonomi secara keseluruhan. Institute of the German Economy memperkirakan kerugian nilai tambah sekitar 350 miliar euro selama dua tahun pandemi. Kendati begitu, ketidakpastian akan berlangsungnya efek pemulihan dari pandemi masih sulit diprediksi, terutama dengan kurangnya data empiris tentang gangguan pasokan.
Tantangan dan Kesempatan bagi Ekonomi Hijau
Penting untuk diingat bahwa green inflation sebenarnya mencerminkan peningkatan biaya yang terkait dengan perubahan ke arah ekonomi yang lebih berkelanjutan. Peningkatan harga energi dan dampak dari pandemi dan lockdown hanyalah sebagian dari faktor-faktor penyebabnya.
Di tengah seruan untuk mencapai netralitas iklim pada tahun 2045 di Jerman, harga CO2 dan penggunaan sumber energi fosil harus menjadi lebih mahal. Kesepakatan simposium adalah bahwa green inflation bukanlah masalah moneter yang dapat diatasi dengan kebijakan ketat, melainkan suatu perubahan struktural yang mendukung transformasi ekonomi menuju keberlanjutan.
Solusi dan Rencana Aksi
Dalam merespons green inflation, para ahli menganjurkan penerapan kebijakan kompensasi sosial. Peningkatan harga energi, terutama yang tidak dapat dihindari, harus diimbangi dengan langkah-langkah kompensasi khusus untuk kelompok pendapatan rendah. Misalnya, penyesuaian dukungan pendapatan dasar pada awal tahun 2022 menjadi contoh konkret upaya untuk mengurangi dampak pada kelompok rentan.
Dalam wacana tersebut, juga muncul ide untuk merelaksasi beban industri, terutama sektor yang intensif energi, melalui penurunan harga listrik industri. Sementara itu, tuntutan percepatan prosedur perencanaan dan persetujuan untuk mendukung transformasi ekologis menjadi sorotan.
Dengan target kenaikan pajak CO2 pada tahun 2026, para peserta simposium menyadari bahwa green inflation tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang untuk mencapai tujuan iklim yang ambisius. Peningkatan harga sebagai bagian dari green inflation diyakini akan menjadi suatu keharusan untuk mendorong perubahan perilaku dan memberikan insentif bagi investasi berkelanjutan.
Dalam menghadapi green inflation, kunci suksesnya adalah pendekatan yang seimbang, menggabungkan langkah-langkah kompensasi sosial dengan dorongan bagi inovasi dan keberlanjutan ekonomi. Simposium ini menjadi panggung untuk ide dan pemikiran inovatif tentang bagaimana kita dapat bersama-sama menghadapi tantangan green inflation dan mewujudkan peluang untuk ekonomi yang lebih hijau.